SAVE THE CHILDREN

Save The Children (STC) adalah sebuah badan atau lembaga social internasional yang berpusat di Amerika Serikat. Salah satu program kerja dari STC adalah pendidikan anak berbasis keluarga. Program ini telah berhasil dilaksanakan di Amerika Serikat. Apakah program pendidikan berbasis keluarga ini juga dapat dilaksanakan di Indonesia? Untuk menjawabnya, STC merangkul tenaga-tenaga professional dari kalangan akademisi dan praktisi untuk melakukan penelitian.

Kegiatan yang melibatkan PSAA. Muslimin ini diawali dengan STC mengadakan pertemuan di Bandung. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Perwakilan STC, Tenaga Profesional dari Akademisi, Tenaga Profesional dari Kementrian Sosial Republik Indonesia, dan Perwakilan dari Lembaga-lembaga Sosial / Panti Asuhan (Praktisi) yang ada di Indonesia. Salah satu Panti Asuhan yang dijadikan tempat praktek oleh para pratikan adalah PSAA. Muslimin.

PSAA. Muslimin menyambut baik hal tersebut, dengan harapan dapat menggali permasalah-permasalahan pada anak asuh dan keluarganya dan mengevalusi kinerja kepengasuhan PSAA. Muslimin. Sehingga dapat menjembati anak asuh tersebut untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah permasalahan anak asuh dapat terungkap dan solusi yang diberikan tepat, diharapkan anak asuih dapat mencapai prestasi akademik maupun non akademik secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Serta kinerja kepengasuhan di PSAA. Muslimin lebih baik lagi.

Tenaga-tenaga professional (praktikan) yang melakukan praktikum / penelitian di PSAA. Muslimin adalah :

  1. Ibu Fentiny Nuroho – Universitas Indonesia
  2. Ibu Triyanti – Universitas Indonesia
  3. Ibu Djomelia – Universitas Indonesia
  4. Ibu Nafsiyah – UIN Jakarta
  5. Ibu Andriani Johar – Kementerian Sosila RI  Dit. Anak

Dengan supervisor :

  1. Ibu Martha Haffey – BPSW
  2. Ibu Chyntia Pattiasina – STISIP Widuri

Para praktikan melakukan observasi terhadap anak asuh PSAA. Muslimin. Setiap praktikan menngambil sampel satu atau dua anak asuh yang berasal dari satu keluarga. Untuk menggali potensi anak, tentu saja harus mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak sebelum dan selama tinggal di panti asuhan. Para Praktikan melakukan penelitian selama kurang lebih 6 minggu.

Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan anak yang dapat mengganggu proses berkembangnya potensi anak, praktikan melakukan beberapa langkah antara lain sebagai berikut:

  1. Praktikan mendapat data anak asuh dari PSAA. Muslimin.
  2. Praktikan memilih anak asuh yang akan dijadikan klien
  3. Praktikan melakukan wawancara (interview) dengan anak asuh yang dipilihnya (klien).
  4. Praktikan meminta masukkan dari para pengasuh mengenai anak suh yang dipilih sebagai klien.
  5. Praktikan juga mencari informasi anak asuh (klien) melalui teman dekatnya di dalam panti.
  6. Praktikan juga melakukan kunjungan ke rumah keluarga anak asuh (klien).
  7. Praktikan melakukan observasi terhadap keluarga anak asuh (klien).
  8. Praktikan juga melakukan observasi terhadap tetangga keluarga klien.
  9. Praktikan melakukan kunjungan ke sekolah klien.
  10. Praktikan melakukan observasi terhadap guru kelas dan walikelas klien.
  11. Praktikan juga melakukan observasi terhadap teman sekolah klien.
  12. Praktikan mengumpulkan data-data dan hubungan klien dengan orang sekitarnya, dan disajikan dalam bentuk Eco-map.
  13. Praktikan merumuskan / menarik kesimpulan permasalahan-permasalahan klien.
  14. Sesuai data-data yang didapat, Praktikan memberikan rekomendasi sebaiknya klien diasuh di keluarga sendiri atau di dalam panti.
  15. Praktikan juga merekomendasikan cara penanganan klien (anak asuh) tersebut, untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.
  16. Mengadakan pertemuan lanjutan untuk melakukan review, dan pembahasan final.

Secara umum, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Kondisi sosial keluarga anak asuh – anak asuh (klien) PSAA. Muslimin sangat memprihatinkan, dengan permaslahan-permasalahan yang kompleks dan rumit.
  2. Kondisi ekonomi keluarga anak asuh – anak asuh (klien) PSAA. Muslimin tergolong lemah / miskin.
  3. Anak asuh-anak asuh PSAA. Muslimin lebih betah/senang tinggal di panti daripada tinggal bersama keluarganya.
  4. Keberadaan Panti Asuhan khususnya PSAA. Muslimin tetap dibutuhkan demi perkembangan psikologi, intelegensi, sosial anak-anak yang masih memerlukan tempat bernaung dan belajar.
  5. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, diharapkan PSAA. Muslimin memiliki team kepengasuhan yang solid, meningkatkan kemampuan diri dan kedekatan terhadap anak asuh.
  6. Untuk dapat meningkatkan kinerjanya, team kepengasuhan PSAA. Muslimin mengharapkan dukungan yang cukup dari para praktikan, terutama ilmu-ilmu yang berkaitan dengan social dan psikologi anak, serta tips-tips menghadapi kenakalan anak asuh yang memiliki latar belakang kehidupan keluarga yang beragam dan kompleks.
  7. Team kepengasuhan juga diharapkan dapat saling mendukung dan melengkapi. Dengan istilah satu bahasa dalam menjalankan tugasnya.